Jumat, 18 Oktober 2013

TIPOLOGI ANAK

Anak, menurut Al-Qur'an, dapat dikelompokkan kepada empat tipologi:

1.     Anak sebagai Perhiasan Hidup Dunia

AI-Qur'an menyatakan anak adalah perhiasan hidup dunia (Zinatu al-hayaa ad-dunya): Al-Kahfi 18:46)

QS.18:46. harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Sepasang suami isteri merasa rumah tangganya belum lengkap kalau belum ada anak. Ibarat perhiasan, anak-anak berfungsi memperindah sebuah rumah tangga.  Tetapi orang tua hanya memfungsikan anak sebagai perhiasan dan  melupakan pembinaan dan pendidikannya akhirnya menjadikan anak tidak lebih dari sebuah pajangan yang secara fisik dapat dibanggakan, tetapi  kualitasnya sama sekali mengecewakan, baik kualitas iman, ilmu, maupun amalnya.

2.     Anak sebagai Uiian

Selain sebagai perhiasan hidup dunia' anak iuga meniadi uiian (fitnah) bagi kedua orang tuanya' Allah berfirman: (QS. Al-Anfal 8, 28)

QS. 8:28. dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Orang tua diuji dengan kehadiran anaknya. Apakah anak-anak dapat melalaikannya dari  beribadah kepada Allah SWT atau apakah dia mampu melaksanakan tugasnya sebagai orang tua yang baik; mendidik dan membina anaknya menjadi anak yang saleh. Fitnah juga dalam arti anak bisa menyengsarakan dan mencemarkan nama baik orang tua.

3.     Anak sebagai Musuh

Anak juga bisa menjadi musuh bagi kedua orang ruanya: Allah berfirman: ( At-Taghibun 64:14)
QS.64:14. Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[1479] Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[1479] Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.

Sungguh sangat mengecewakan kalau sampai anak menjadi musuh orang tua. Musuh bisa berarti secara fisik dan bisa juga dari segi ide, pikiran, cita-cita dan aktivitas. Bila orang tuanya di mana-mana melakukan amar ma'ruf nahi munkar, sang anak justru melakukan amar munkar nahi ma'ruf. Biia orang tuanya membangun, anak merusak, maka pada saat itu anak sudah berada pada posisi musuh.

4.     Anak sebagai Cahaya Mata

QS. 25:74. dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Qurratu 'ayun berarti cahaya mata' Permata hati, sangat menyenangkan. Inilah tipologi anak yang ideal. Kriteria tipologi ini antara lain tunduk dan patuh kepada Allah SWT, berbakti kepada
orang tua, bermuamalah dengan baik sesama manusia. Atau dengan ungkapan lain beriman, berilmu dan beramal. Hablun minallah dan hablum minannasnya berjalan dengan baik. Tipologi keempat inilah yang boleh kita sebut dengan "anak saleh".

Anak Saleh Tidak Dilahirkan

Anak saleh tidak dilahirkan, tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikan. Rasulullah saw mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.Ibu bapaknyalah yang berperan merubah fitrah itu menjadi -dalam bahasa Rasul-Yahudi, Nashrani atau Majusi:

Kullu mauluudin yuuladu ‘alal fitroti, faabawaahu yuhawwidanihi auyunashshiroonihi auyumajjisaanihi (HR. Bukhari)

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapaknyalah (yang akan berperan) mengubah anak itu menjadi seorang Yabudi, atau Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhori)

QS. 66:6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(At-Tahrim,66:6)

Pendidikan yang Seimbang

Pembinaan atau pendidikan yang akan melahirkan anak saleh adalah pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia; hati, akal dan fisik. Seorang pendidik harus menyantuni ketiga-tiganya. Masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya harus harmonis dan seimbang. Mengutamakan pembinaan fisik dengan mengabaikan akal dan hati akan melahirkan manusia hayawani. Mengutamakan pikiran saja melahirkan manusia syaithoni,sedangkan mengutamakan hati semata tentu tidak realistis ( karena manusia tidak bisa jadi Malaikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar